Rabu, 24 Oktober 2012

2 Hati 1 Cinta Part 4


Fina kembali ceria setelah tadi bertemu dengan Ray. Dia berjalan menuju kamar kakaknya. Mama sudah ada disana dan semuanya sudah siap untuk pulang ke rumah. Kak Fifi juga sudah sehat, sudah bisa berjalan kembali.
Rio membantu Fifi untuk berjalan karena Fifi masih belum terlalu kuat berjalan. Mama dan Fina menyusul di belakang sambil membawa barang bawaan.
Di perjalanan semua Nampak diam dan larut dengan pikiran masing – masing. Kak Fifi duduk di depan bersama dengan kak Rio. Fina dengan mama dibelakang, dia mengamatai kakaknya yang terlihat bahagia bila disisi Rio. Dan sekarang Fina bisa merelakan kakaknya bersama Rio. Entah karna Ray atau karna alasan lain, fina sendiri pun tak mengerti. Semenjak pertemuannya dengan Ray, Fina sudah tak merasa sedih lagi.

*Di rumah
“Surprise!”
Teriakan itu muncul ketika pintu mulai dibuka. Ternyata mama yang menyiapkan surprise ini untuk kesembuhan kak Fifi. Semua teman  teman kak Fifi ada disana. Mereka langsung memeluk kak Fifi erat – erat karena sayangnya mereka dengan kak Fifi. Di kelas kak Fifi menjadi murid terpandai, dia juga baik hati ketika teman – temannya tidak mengerti pelajaran yang tadi diajarkan kak Fifi dengan senang hati mengulang pelajaran itu pada teman – temannya. Maka dari itu semua  teman – temannya sangat menyayangi kak Fifi.
Sementara kak Fifi sedang bersama teman – temannya, Fina lebih memilih untuk pergi ke kamarnya. Entah mengapa sosok Ray muncul di benaknya. Dia kagum dengan sosok Ray, dia bisa tabah menjalani hari – hari yang menurut Fina sangat menyiksa. Setiap hari hanya dihabiskan untuk berobat di rumah sakit, dia juga tak mempunyai teman satupun. Tapi dia bisa kuat menjalaninya.,“Sungguh luar biasa”Begitu pikir Fina.
Besok Fina berniat untuk kembali menemui Ray, sekadar untuk menghiburnya agar dia tak merasa sendirian.
Kak Fifi besok belum bisa masuk sekolah, jadi lebih baik ia tak perlu menceritakan tentang pertemuannya dengan Ray pada kakaknya. Fina sudah membayangkan kira – kira apa yang bakal dia lakuka besok bersama Ray. Pikiran – pikiran tentang Ray kini memenuhi kepala Fina. Dia merasa iba sekaligus kagum denga semangat Ray untuk sembuh dari penyakitnya itu.
Fina melihat ke langit – langit kamarnya lalu memejamkan mata sejenak dan sampai akhirnya Fina tertidur pulas.

*Di Sekolah
Rio mencoba menghampiri Fina, ketika Fina dari kejauhan menyadarinya ia langsung mempercepat langkahnya dan buru – buru pergi ke toilet. Dia tak mau bertemu dengan Rio karena dia yakin Rio hanya ingin menanyaka kabar dari kakaknya da itu membuat hatinya terasa sakit.
Akhirnya Fina masuk ke toilet dan ketika Rio menyadari hal tersebut dia membatalkan keinginannya untuk menemui Fina.
Di dalam kelas Fina tak konsentrasi dengan pelajaran yang sedang dijelaskan oleh ibu guru. Namun tiba – tiba Fina tertarik dengan apa yang sedag ibu guru sampaikan. Ada murid baru yang akan masuk ke kelas ini, Fina penasaran siapakah kira -  kira dan bagaimanakah orangnya.
Ketika murid baru tersebut dipersilahkan masuk Fina sontak kaget seolah ia tak percaya dengan apa yang baru saja dia lihat. Berulang kali dia mengusap matanya untuk meyakinka apa yang dia lihat.
Murid baru itu adalah “Ray” *teriak Fina dalam hati.
Senyum Ray mengembang begitu ibu guru memperkenalkan sekilas tentang Ray dan dia tidak banyak berkomentar. Karena teman sebangku Fina, Ririn tidak masuk hari itu maka Ray dipersilahkan untuk duduk di samping Fina. Fina masih tidak percaya dengan hal itu,baru saja tadi dia memikirkan tentang Ray, sekarang orang yang akhir – akhir ini menyita pikirannya berada di sampingnya. Entah perasaan apa yang Fina rasakan saat itu. Fina hanya diam begitu Ray duduk disebelahnya.
Ray         : “hay!,kamu udah lupa ya sama aku?”
Fina tak menanggapi omonganya Ray. “kau tak suka aku duduk disebelahmu?aku bisa pindah dari sini”, kata Ray sedikit dengan nada tinggi.
Fina        : “nggak kok aku Cuma terkejut aja tadi,darimana kamu tau aku sekolah disini?”
Ray         : “jadi kamu pikir aku pindah kesini karena ingin satu sekolah denganmu?hahaha buka begitu ceritanya Fin”.
Fina        : “trus apa?”
Ray         : “jangan galak – galak lah Fin, gini aku udah nggak betah di sekolahanku yag lama, disana aku merasa dikucilkan satu sekolah, jadi aku memutuskan untuk pindah. Ayahku yang memindahkanku kesini jadi bukan karena kemauanku untuk pindah disini. Aku juga nggak nyangka kalo kita bisa bertemu lagi disini Fin kita satu kelas pula. Semenjak aku kenal kamu, aku jadi punya semangat untuk sekolah lagi FIn.”
Fina        : “oh jadi gitu ceritanya, maaf ya kalo tadi aku nuduh kamu yang macem – macem. Ternyata ini hanya sebuah kebetulan aja”. *sambil tertawa kecil
Ray         : “iya kebetulan yang indah”.
Fina kaget mendengar kata – kata Ray barusan da langsung menatap Ray. Ray pun sontak menyadari apa yang tadi ia katakana dan ia melihat ke arah Fina. Mata mereka bertemu dan dalam waktu  yang cukup lama mereka bertatapan.
Mereka tak menyadari bahwa ibu guru di depan sedang memperhatikan mereka berdua. “kalian sudah selesai yag berkenalan Fin, Ray?”,bentak ibu guru.
Spontan mereka berdua sadar dan kembali ke posisi semula menghadap ke depan. “maaf bu”,kata mereka berdua hamper bersamaan.
Ibu guru yang melihatnya hanya tersenyum kecil melihat kedua muridnya yang baru saja bertemu namun sudah kompak begitu.
Waktu berjalan cepat saat itu. saat pelajaran berlangsung keduanya hanya saling diam. Mungkin karena kejadian beberapa menit yang lalu, membuat mereka berdua caggung.

*Pulang Sekolah
Fina        : “setelah ini kau mau kemana?”
Ray         : “seperti biasanya Fin,kau sungguh tak tau?”
Fina        : “emmmm iya iya aku tau Ray, ke rumah sakit bukan?”
Ray         : “yupss.. kenapa emangnya Fin?apa kau mau mengantarku?” *nyengir kuda
Fina        : “hehe boleh kalo gitu, tadi niatnya juga mau nemenin kamu”.
Suasana keakraban kembali muncul di antara keduanya setelah kejadian tadi yang membuat mereka canggung.
Ray         : “di depan udah ada supir yag nunggu,yuk cepetan Fin”, ajak Ray.
Fina        : “yuk!”
Tanpa disadari tangan mereka saling berpegangan satu sama lain. Murid – murid yang berpapasan dengan mereka sontak melihat kea rah keduanya. Dan disaat merasa banyak yang memperhatikan, Fina baru menyadari bahw sejak tadi mereka saling berpegangan tangan. Akhirnya keduanya gugup da langsung melepaskan tangan masing – masing. Dalam hati Fina sangat malu dan heran kenapa tadi dia bisa melakukan hal itu secara tidak sadar?. Mungkin pikiran itu juga yang muncul di benak Ray.
Selama di dalam mobil mereka hanya diam dan supir Ray pun juga tak menanyakan apapun tentag Fina ataupun tentang majikannya sendiri. Suasana di mobil itu sangat dingin karena kediaman mereka dan mobil dikemudikan dengan cepat.

Selasa, 23 Oktober 2012

2 hati 1 Cinta Part 3



“sayang mama pulang sebentar ya nanti gentian yang jagain kak Fifi”,kata mama pada Fina.
Fina        : “Iya ma,mama hati – hati ya”. *sambil mencium tangan mamanya.
Mama   : “jaga kakakmu ya Fin,sayang mama pulang dulu ya *sambil mencium Fifi yang sudah terlelap.
Fina        : “iya ma”.
Fina memperhatikan kakaknya yag sudah terlelap. “kak maafin Fina ya gara – gara Fina kakak jadi pingsan gini,Fina sayang sama kakak” *sambil mencium kening kakaknya.
2jam kemudian mama sudah sampai di Rumah Sakit untuk bergantian menjaga Fifi. Giliran Fina untuk pulang karena besok dia harus pergi ke sekolah.

*Pagi hari
Setibanya Fina di sekolah Rio langsung menghampirinya “Fin,gimana kabar kakakmu?”,Tanya Rio tanpa basa – basi lagi.
Fina        : “udah agak baikan kok kak mungkin nanti sore udah bisa pulang”. *sambil menunjukkan wajah sedih.
Rio          : “kamu bukannya senang kok mukanya malah sedih gitu sih Fin?kamu gk seneng klo kakakmu udah bisa pulang?”.
Fina        : “hah *dengan muka kaget siapa yang sedih sih kak?nggak kok ya aku seneng lah masa aku sedih sih,mungkin karena kurang tidur aja semalem kak”.
Rio          : “oh gitu,yaudah aku ke kelas dulu ya Fin,bye!”.
Akhirnya Rio berlalu dari hadapan Fina. Ada perasaan sedih di hati Fina karena  ternyata kak Rio nggak perhatian dengannya malah lebih perhatian sama kak Fifi. Mungkin karna kak Fifi yang lagi sakit atau memang kak Rio menyimpan perasaan pada kak Fifi. Pertanyaan – pertanyaan itu memenuhi pikiran Fina. Kemungkinan demi kemungkinan mulai merajai pikirannya.
Hingga tak ada 1 pelajaranpun yang masuk si kepalanya. Fina belum bisa merelakan orang yang dia cintai bersama kakaknya, namun kebahagiaan kakaknya juga penting untuknya. Fina mencoba untuk mengikhlaskannya toh cinta pertama tak selalu indah dan tak selalu kita miliki.
 Sepulang sekolah Rio menghampiri Fina,batin Fina “pasti kak Rio mau nanyain tentang kak Fifi lagi deh”.
Rio          : “Fin kamu mau ke rumah sakit kan?”.
Fina        : *bener kan dugaanku “iya kak emang kenapa?”.
Rio          : “aku juga mau jenguk Fifi,mau barengan gk Fin?”
Fina        : “kapan lagi bisa diboncengin kak Rio naik motornya kalo gk sekarang?”.(batin Fina)
                 “boleh kak”.
Rio          : “yuk!”. *sambil menarik tangan Fina.
Fina        : “ya ampun kak Rio pegang tanganku?ah itu kan karna aku adiknya kak Fifi,ya ampun Fina bangun dong mana mungkin kak Rio suka sama kamu?”(Fina hanya bisa berkata dalam hati).
Perasaannya benar – benar campur aduk,nggak tau harus mempunyai perasaan bagaimana. Hatinya bahagia namun dia nggak mau berharap lebih pada Rio.

*Di rumah sakit
Fifi masih terbaring di tempat tidur dan tidak menyadari bahwa ada orang masuk ke kamarnya dirawat.
Fina mendekat ke ranjang kakaknya. Lalu dia berbisik pada telinga kakaknya “kak bangun, ada kak Rio disini”,sontak Fifi bangun dari tidurnya.
Rio mulai mendekati Fifi yang masih terbaring. “gimana keadaan kamu Fi?apa udah baikan?”,Tanya  Rio pada Fifi.
Sedangkan Fina mundur beberapa langkah dan akhirnya memilih duduk di sofa yang berada diujung ruangan itu,dia ingin memeberikan kesempatan pada kakaknya untuk berbicara dengan Rio dan membiarkan Rio memberikan perhatiannya pada Kakaknya.
Meskipun hati Fina sangat sakit melihat kedua orang yang sangat dia sayangi itu bersama dan saling bercanda, namun dia bahagia karena jika bersama Rio kakaknya selalu bisa tersenyum.
Rio menyuapi Fifi makan sedangkan Fina berpamitan untuk keluar sebentar.
“kak,aku keluar sebentar ya nanti aku balik lagi”, tanpa menunggu jawaban dari Rio maupun Fifi,Fina langsung cepat – cepat keluar karna tak kuasa melihat keduanya.
Fina lari sekuat – kuatnya menuju taman belakang rumah sakit. Dia mulai menangis terisak karena merasakan hatinya yang sangat sakit yang belum pernah dia rasakan sebelumnya. Ini kali pertama dia mencintai seseorang namun ini juga pertama kalinya dia harus merasakan pahitnya cinta.
Tiba – tiba ada seseorang yang menyodorkan sapu tangan kearah Fina, sontak Fina kaget dibuatnya.
“cantik,kenapa kamu menangis?”,sapa lelaki itu pada Fina.
“nggak kenapa – kenapa kok *sambil mengusap air matanya dengan sapu tangan yang diberikan pria itu “btw,makasih ya sapu tangannya *sambil mengembalikan saputangan itu.
“nggak usah dikembaliin,buat kamu aja,aku rasa kamu lebih butuh itu daripada aku, *sambil tersenyum boleh aku duduk disini”, *menunjuk kea rah samping tempat duduk Fina.
“boleh kok silahkan,btw nama kamu siapa?aku Fina *sambil mengulurkan tangannya.
“oh iya sampe lupa,aku Ray”, *menyambut uluran tangan Fina.
Fina        : “kamu salah satu pasien disini Ray?”.
Ray         : “iya,ini seperti rumah kedua bagiku,karena aku sering keluar masuk rumah sakit ini. Bahkan aku lebih sering menghabiskan waktuku disini daripada dirumah. Kamu sendiri disini ngapain?”.
Fina        : “aku jenguk kakakku”. *dengan wajah sedih sambil menunduk.
Ray         : “memang kakakmu sakit apa?”
Fina        : “aku tak dapat memberitahumu Ray,maaf ya?”
Ray         : “ya udah nggk pa pa kok Fin. Kamu mau jadi temanku Fin?”
Fina        : “tentu,why not. Sekarang kan kita berteman”.
Ray         : “makasih ya Fin,jujur aku nggak punya teman. Semua orang menjauhiku karena penyakitku ini. Dulu aku punya banyak teman dan sahabat,tapi begitu mereka tahu keadaanku yang sebenarnya perlahan – lahan mereka menjauhiku tanpa sebab Fin.”
Fina        : “memangnya kamu sakit apa Ray?sampai – sampai mereka semua menjauhimu?”
Ray         : “kamu mau janji?kalau kamu udah tau keadaanku yang sebenarnya kamu nggak akan jauhin aku seperti teman – temanku?”
Fina        : “iya Ray aku janji,toh kita berteman kan sebaiknya nggak memilih – milih. Aku mau berteman sama kamu bukan karena apapun kok, aku tulus.”
Ray       : “makasih ya Fin, aku percaya sama kamu kok. Sebenarnya aku sakit kanker otak Fin sejak beberapa bulan yang lalu, tepatnya di hari ulang tahunku aku mengetahui penyakitku ini. Disaat aku bersenang – senang merayakan hari ulang tahunku tiba – tiba aku pingsan dan pas dibawa ke rumah sakit kata dokter aku divonis menderita penyakit kanker. Semenjak saat itu aku drop aku nggak mau sekolah dan semua waktuku hanya kuhabiskan untuk berobat dirumah sakit. Aku sebenernya cape Fin dengan semua rutinitas yang aku jalanin. Tapi belum tentu aku bisa sembuh dari penyakit ini.”
Ray menceritakan detail tentang apa yang dia alami dan itu membuat dia menitikkan air mata. Fina yang mendengarkannya pun ikut larut dalam suasana hening siang itu.
Fina        : “*mengusap air mata Ray dengan saputangan yang tadi ia gunakan aku rasa sekarang kamu yang lebih butuh ini *menyerahkan saputangan itu”.
Ray         : *tersenyum kecil sambil menerima saputangan itu “meskipun kita baru saja bertemu tapi aku nyaman di dekatmu Fin, kamu tidak memperlakukanku seperti orang sakit, makasih kamu mau jadi temanku Fin”.
Fina        : “sama – sama Ray, aku juga senang bisa mengenalmu. Sore ini kakakku bisa pulang, tapi aku akan sering – sering kemari untuk menemuimu Ray. Biar kamu nggak kesepian lagi *tersenyum”.
Ray         : “makasih ya Fin,aku juga harus kembali ke ruangan, aku duluan ya Fin, bye!”,
Fina        : “bye!”.

Senin, 22 Oktober 2012

2 Hati 1 Cinta Part 2



Sesampainya di rumah sakit Fifi langsung ditangani oleh dokter. Dan mama Fina dan Fifi telah datang setelah beberapa menit yang lalu dihubungi. Beliau sama terkejut dan khawatir akan keadaan Fifi.
Akhirnya dokter yang memeriksa Fifi keluar dari ruangan. “Gimana keadaan kak Fifi dok?” “gimana keadaan anak saya dok?” Mama dan Fifi bertanya serempak.
“Anda ibunya?bisa saya bicara sebentar bu?mari ke ruangan saya”,kata dokter seraya mempersilahkan Mama Fina.
Dokter  : “Bu, maaf saya harus mengatakan hal ini, sebenarnya anak ibu…”,
Mama   : “Anak saya sakit apa dok?”
Dokter  : “Anak ibu menderita Leukimia”.
Mama   : “apa dok?leukimia?tapi dia nggak pernah punya keluhan penyakit apapun dok”.
Dokter  : “sebaiknya ibu tenang dulu,dan jangan beritahukan ini pada anak ibu,takutnya dia stress dan melakukan hal yang tidak diinginkan,saya akan memberikan resep untuk putri ibu sebagai penanganan awal”.
Mama   : “baik dok saya akan ikuti apa yang dokter sarankan”.
Dokter  : “ini bu resepnya”. *sambil menyodorkan resep
Mama   : *menerimanya “terima kasih dokter,saya permisi”. *bersalaman dan meninggalka ruangan.

Fina        : “apa kata dokter ma?kakak sakit apa ma?”.
Mama   : “kakakmu menderita leukemia Fin, tolong jangan kasih tau dia ya?supaya dia nggak syok mendengarnya dan putus asa.”
Fina        : “apa ma? *menahan isak tangis iya ma aku nggak aka bilang sama kak Fifi”. *memeluk mamanya.
“kak Rio juga jangan kasih tau kak Fifi ya?”,pinta Fina pada Rio yang hanya dijawab dengan anggukan kecil.
Rio juga terlihat syok mendengar kabar bahwa Fifi menderita Leukimia. Matanya pun ikut berkaca – kaca.

*Diruangan Fifi dirawat
Disana Fifi masih terbaring tak berdaya, mukanya pucat pasi. Fina tak kuasa melihat tubuh kakaknya yang setiap hari memeluknya itu kini terbaring lemah tak berdaya.
Fifi memeluk kakaknya erat seolah tak mau kehilangan kakak yang sangat dia cintai. Dia juga berjanji pada dirinya sendiri untuk membahagiakan kak Fifi apapun caranya termasuk merelakan Kak Rio untuk mendampingi kak Fifi.
*sambil memeluk tubuh kakaknya “Aku rela kakak sama kak Rio asalkan kak Fifi bisa bahagia”,ucap Fina dalam hati.
Fifi mulai tersadar dari pingsannya “Fina”. Dia berkata lirih memanggil adiknya yang masih terus memeluknya. “kenapa kamu menangis?kakak nggak papa kok” katanya lirih. Fina cepat – cepat mengusap air matanya yang ternyata sudah membanjiri pipinya.
“kak maafin Fina ya gara – gara kakak cari Fina kakak jadi pingsan”,Fifi masih dalam tangisannya.
“sayang kamu nggak apa – apa?udah baikan?”,kata – kata mama mengehentikan pembicaraan mereka berdua.
“nggak apa kok ma tapi masih lemas,sebentar lagi juga udah sembuh dan bisa pulang kok ma”,Fifi memaksakan senyumnya.
Dia masih lemas tak berdaya,sambil melihat ada sosok Rio di ruangan itu.
“Rio,tadi kamu yang menggendongku ya?makasih banyak ya”,ucap Fifi pada Rio yang sedari tadi masih dia membisu bagai patung.
“iya tak apa kok Fi”,jawab Rio singkat.
Fifi          : “gimana tadi ulangan kamu Fi?sukses dong?”
Fina        : “*dalam hati(disaat sakit begini kakak masih sempat menanyakan ulanganku tadi?aku harus jawab apa ya?kalo aku jujur pasti kak Fifi kecewa,ah lebih baik bohong aja deh daripada buat kak Fifi kecewa)mmmm jelas dong kak sukses,Fina gitu loh” *sambil tersenyum
Fifi          : “syuklurlah kalo gitu,padahal kamu nggak belajar ya semalam tapi bisa ngerjain,baguslah”.
Fina        : “jadi kak Fifi udah tau dari semalam aku ada ulangan?kok malah nggak ingetin aku belajar sih?jahat !” *Fina malah manyun
Fifi hanya tertawa geli melihat tingkah adiknya.
“eh kalian ini malah bercanda,kamu juga Fin,kakaknya lagi sakit malah dimarahin,kamu tuh yang harus lebih rajin lagi”,mama menyudahi pembicaraan mereka.
Fina        : “iya iya ma maaf deh lain kali harus rajin belajarnya,yaudah kak Fifi istirahat ya biar cepet sembuh,Fina bakal temenin kaka disini” *sambil merapikan selimut kakaknya
Fifi          : “iya iya adikku yang  bawel”. *sambil mencubit pipi Fina
Rio yang menyaksikan keakraban keluarga itu merasa iri aka kehangatan diantara mereka. Berbeda jauh dengan kehidupan Rio dirumah. Papa mamanya sangat sibuk dengan urusan masing – masing, tak pernah ada waktu untuk berkumpul bersama sekadar ngobrol hal – hal ringan.
Karena merasa tak enak hati akhirnya Rio memutuskan untuk berpamitan. “Tante,Fina,Fifi aku pamit dulu ya,Fi semoga cepat sembuh,permisi tante”. * sambil berjalan menuju pintu
Mama   : “iya hati – hati ya nak”.
Fina        : “hati – hati kak Rio”.
Fifi          : “hati – hati ya Rio”.
Rio          : “iya,assalamualaikum”.

2 Hati 1 Cinta Part 1


*Dikamar
“kak,kakak udah punya pacar ya?”,Tanya Fina pada Fifi kakaknya. Umur Fifi sekarang 17 tahun dan Fina 15 tahun. Mereka sekolah ditempat  yang sama. Mereka sangat rukun satu sama lain, saling menyayangi dan menghormati.
Fifi          : “nggak kok kata siapa sih?”
Fina        : ”soalnya kemarin aku liat kk jalan sama Rio,kk beneran nggak pacaran sama dia?”
Fifi          : “nggak kok kita Cuma temen,emang kenapa sih kok nanya gitu?”
Fina        : “huhh syukurlah” suara Fina sedikit berbisik
Fifi          : “kenapa?kamu naksir ya sama Rio? Ngaku?”
Fina        : “nggak kok kak Cuma nanya doing,emang nggak boleh ya?”
Fifi          : “ya boleh sih tapi tumben kamu nanyain kk jalan sama siapa.”
Fina        : “nggak kok kak,tidur yuk kak ngantuk nih.” Fina mengalihkan pembicaraan karena nggak mau kknya tau kalo dia memendam rasa sama Rio.
Waktu di kamar mereka sudah menunjukkan pukul 21.00. mereka pun memutuskan untuk beristirahat.
Fifi          : “yaudah yuk tidur, have a nice dream adikku, good night “.
Fina        : “have a nice dream too kakakq,good night”.

*Pagi harinya
Mama   : “sayang ayo turun kita makan sama – sama”.
Fina        : “tumben mama ada waktu sarapan bareng sama kita ya kak”. Dia berkata pada kakaknya yang masih sibuk berdandan.
Fifi          : “ jangan gitu ade, mama pasti menyempatkan diri untuk berkumpul sama kita, kamu kan tau mama sekarang jadi tulang punggung keluarga semenjak papa meninggal”.
Papa mereka meninggal 2 tahun yang lalu dan sejak itu mamanya jarang sekali ada waktu untuk berkumpul sama mereka. Itu yang menyebabkan kaka adik ini rukun dan saling menyayangi.
“iya ma kita segera turun”, jawab kakak adik ini serempak.
Akhirnya mereka berdua turun ke bawah untuk sarapan bersama.
Fina        : “mama tumben jam segini belum ngantor?”
Fifi          : “iya ma biasanya jam segini mama udah nggak ada dirumah”. *sambil mengunyah makanannya
Mama   : “mama hanya ingin meluangkan waktu mama untuk kedua putri mama yang sangat mama sayangi. Maafkan mama ya semenjak papa kalian meninggal mama jarang ada waktu untuk berkumpul sama kalian.” *sambil menunduk dan mata mulai berkaca – kaca.
Fifi          : “Maa * sambil menggenggam tangan mamanya aku akan jaga Fina kok ma, mama tenang aja ya,kita ngerti kok denga keadaan mama sekarang, kita juga nggak nyalahin ataupun membenci mama, kita tetap sayang sama mama”.
Fina menghampiri mamanya dan memeluknya, diikuti oleh Fifi. “iya kita sayanggg banget sama mama”, kata mereka serempak.
Ketiganya mulai berkaca – kaca karena terharu. “ya udah kalian cepetan makan trus berangkat ke sekolah,nanti mama yang antar kalian”,kata mama kepada ke2 anaknya.
“benar ma?asyik… kak kita dianter sama mama”,sorak Fina denga riangnya.
Setelah mereka selesai sarapan akhirnya mereka pergi ke sekolah diantar mamanya seperti dulu ketika papanya masih ada.

*Di sekolah
“Ma kita sekolah dulu ya,mama hati – hati di jalan”,Fina berpamitan diikuti Fifi.
“iya ma kita sekolah dulu ya?”,kata Fifi. Mereka mencium tangan mamanya dengan bergantian.
Mama   : “iya sayang kalian hati – hati ya, sekolah yang rajin *sambil mencium kening kedua putrinya.

Di koridor sekolah mereka berpapasan dengan Rio, Rio melemparkan senyum kepada mereka berdua.
 “ ah kak Rio, senyum kakak manis banget sih,pasti dia senyum sama aku, apa dia suka juga ya sama aku?”kata Fina dalam hati. * sambil melirik kakaknya.
“ Rio senyummu membuat hatiku selalu berdebar”,Fifi juga mengagumi senyuman Rio dalam hati.
Fifi          : “Fin, kakak masuk ke kelas dulu ya,kamu juga masuk kelas gih,semoga ulanganmu hari ini sukses yah, bye!”. * sambil berlalu meninggalkan Fina.
Fina masih bingung dengan ekspresi kakaknya tadi. “kak Fifi tadi senyum – senyum sendiri, apa dia juga suka ya sama kak Rio?kalo iya??mmmmm”,kata Fina keheranan.
“Eh tadi kak Fifi bilang ulangan?emang aku ada ulangan hari ini??
ya ampun mampus aku lupa belajar lagi semalem gara – gara mengkhayal ka Rio,aduh mesti belajar dulu nih”, teriak Fina ketika ingat kalo hari itu dia ada ulangan. Untung ada kak Fifi yang ingetin ya jadi Fina bisa belajar dulu.

*Istirahat
Saat jam istirahat seperti biasa Fina mengunjungi kakaknya di kelas 3 IPA 1, kelasnya bersebelahan hanya dibatasi oleh anak tangga. Sedangkan kelas Fina 1 IPS 2, dia dengan kakaknya memang berbeda jurusan, karena kemampuannya berbeda, Fina yang mudah menghafal namun sulit menghitung sedangkan Fifi yang lama menghafal namun cepat dalam menghitung. Sungguh sesuatu yang sempurna, mereka bisa saling melengkapi satu sama lain.
Ketika Fina sampai di depan pintu kelas kakaknya dia melihat kakaknya sedang bercanda dengan Rio, yah kak Fifi 1 kelas dengan Rio, laki – laki yang diam – diam Fina kagumi.
Hati Fina sangat sakit melihat kejadian itu, dia langsung berlari ke toilet dan menangis sejadi – jadinya disana.
Tak berapa lama Fifi keluar kelas dan menuju ke kelas adiknya Fina, namun ketika dia bertanya pada salah seorang  teman Fina, tak ada yang tau dimana Fina berada.
Fifi jadi bingung da takut Fina kenapa – kenapa. Dia mencari kesana – sini namun tak juga menemukan Fina. Fifi hampir menangis karena takut adik yang paling dia sayangi kenapa – napa.
Karena kelelahan Fifi tiba – tiba pingsan tak sadarkan diri di halaman sekolah. Sontak membuat anak – anak lari dan menggendong Fifi menuju ke UKS. Dan yang menggendong Fifi saat itu adalah Rio.
Fina keluar dari toilet, dia sudah tak menangis lagi sekarang. Ketika dia melihat kakanya digendong Rio dia langsung berteriak “kakak!” dan lari menghampiri Rio di UKS.
“Fina menangis lagi sejadi – jadinya karena baru kali ini dia melihat kakaknya pingsan. Mukanya sangat pucat dan tak berdaya.
Rio menenangkan Fina yang masih terisak. Rio memeluk Fina “udah ya Fin jangan nangis lagi, sebentar lagi dokter akan datang dan berdoa aja semoga kak Fifi nggak apa – apa”.
Dokter pun datang dan segera memeriksa keadaan Fifi. Dokter menyarankan untuk dibawa ke rumah sakit agar bisa di cek secara mendetail.
Akhirnya Rio dan Fifi ijin ke guru piket untuk mengantar Fifi ke rumah sakit. Di perjalanan Fina sangat gelisah karena takut kakak yang paling dia sayang kenapa – napa hingga dia sudah tak mempedulikan sakit hatinya tadi ketika melihat Fifi bercanda denga Rio sekaligus dia merasa bersalah karena telah membuat kakaknya panik dan pingsan karena mencarinya.