“sayang mama pulang sebentar ya nanti gentian yang jagain kak
Fifi”,kata mama pada Fina.
Fina : “Iya ma,mama hati –
hati ya”. *sambil mencium tangan mamanya.
Mama : “jaga kakakmu ya
Fin,sayang mama pulang dulu ya *sambil mencium Fifi yang sudah terlelap.
Fina : “iya ma”.
Fina memperhatikan kakaknya yag sudah terlelap. “kak maafin Fina ya
gara – gara Fina kakak jadi pingsan gini,Fina sayang sama kakak” *sambil
mencium kening kakaknya.
2jam kemudian mama sudah sampai di Rumah Sakit untuk bergantian menjaga
Fifi. Giliran Fina untuk pulang karena besok dia harus pergi ke sekolah.
*Pagi hari
Setibanya Fina di sekolah Rio langsung menghampirinya “Fin,gimana kabar
kakakmu?”,Tanya Rio tanpa basa – basi lagi.
Fina : “udah agak baikan
kok kak mungkin nanti sore udah bisa pulang”. *sambil menunjukkan wajah sedih.
Rio : “kamu bukannya
senang kok mukanya malah sedih gitu sih Fin?kamu gk seneng klo kakakmu udah
bisa pulang?”.
Fina : “hah *dengan muka
kaget siapa yang sedih sih kak?nggak kok ya aku seneng lah masa aku sedih
sih,mungkin karena kurang tidur aja semalem kak”.
Rio : “oh gitu,yaudah aku
ke kelas dulu ya Fin,bye!”.
Akhirnya Rio berlalu dari hadapan Fina. Ada perasaan sedih di hati Fina
karena ternyata kak Rio nggak perhatian
dengannya malah lebih perhatian sama kak Fifi. Mungkin karna kak Fifi yang lagi
sakit atau memang kak Rio menyimpan perasaan pada kak Fifi. Pertanyaan –
pertanyaan itu memenuhi pikiran Fina. Kemungkinan demi kemungkinan mulai
merajai pikirannya.
Hingga tak ada 1 pelajaranpun yang masuk si kepalanya. Fina belum bisa
merelakan orang yang dia cintai bersama kakaknya, namun kebahagiaan kakaknya
juga penting untuknya. Fina mencoba untuk mengikhlaskannya toh cinta pertama
tak selalu indah dan tak selalu kita miliki.
Sepulang sekolah Rio menghampiri
Fina,batin Fina “pasti kak Rio mau nanyain tentang kak Fifi lagi deh”.
Rio : “Fin kamu mau ke
rumah sakit kan?”.
Fina : *bener kan dugaanku “iya
kak emang kenapa?”.
Rio : “aku juga mau
jenguk Fifi,mau barengan gk Fin?”
Fina : “kapan lagi bisa
diboncengin kak Rio naik motornya kalo gk sekarang?”.(batin Fina)
“boleh kak”.
Rio : “yuk!”. *sambil
menarik tangan Fina.
Fina : “ya ampun kak Rio
pegang tanganku?ah itu kan karna aku adiknya kak Fifi,ya ampun Fina bangun dong
mana mungkin kak Rio suka sama kamu?”(Fina hanya bisa berkata dalam hati).
Perasaannya benar – benar campur aduk,nggak tau harus mempunyai
perasaan bagaimana. Hatinya bahagia namun dia nggak mau berharap lebih pada
Rio.
*Di rumah sakit
Fifi masih terbaring di tempat tidur dan tidak menyadari bahwa ada
orang masuk ke kamarnya dirawat.
Fina mendekat ke ranjang kakaknya. Lalu dia berbisik pada telinga
kakaknya “kak bangun, ada kak Rio disini”,sontak Fifi bangun dari tidurnya.
Rio mulai mendekati Fifi yang masih terbaring. “gimana keadaan kamu Fi?apa udah baikan?”,Tanya Rio pada Fifi.
Rio mulai mendekati Fifi yang masih terbaring. “gimana keadaan kamu Fi?apa udah baikan?”,Tanya Rio pada Fifi.
Sedangkan Fina mundur beberapa langkah dan akhirnya memilih duduk di
sofa yang berada diujung ruangan itu,dia ingin memeberikan kesempatan pada
kakaknya untuk berbicara dengan Rio dan membiarkan Rio memberikan perhatiannya
pada Kakaknya.
Meskipun hati Fina sangat sakit melihat kedua orang yang sangat dia
sayangi itu bersama dan saling bercanda, namun dia bahagia karena jika bersama
Rio kakaknya selalu bisa tersenyum.
Rio menyuapi Fifi makan sedangkan Fina berpamitan untuk keluar
sebentar.
“kak,aku keluar sebentar ya nanti aku balik lagi”, tanpa menunggu
jawaban dari Rio maupun Fifi,Fina langsung cepat – cepat keluar karna tak kuasa
melihat keduanya.
Fina lari sekuat – kuatnya menuju taman belakang rumah sakit. Dia mulai
menangis terisak karena merasakan hatinya yang sangat sakit yang belum pernah
dia rasakan sebelumnya. Ini kali pertama dia mencintai seseorang namun ini juga
pertama kalinya dia harus merasakan pahitnya cinta.
Tiba – tiba ada seseorang yang menyodorkan sapu tangan kearah Fina,
sontak Fina kaget dibuatnya.
“cantik,kenapa kamu menangis?”,sapa lelaki itu pada Fina.
“nggak kenapa – kenapa kok *sambil mengusap air matanya dengan sapu
tangan yang diberikan pria itu “btw,makasih ya sapu tangannya *sambil
mengembalikan saputangan itu.
“nggak usah dikembaliin,buat kamu aja,aku rasa kamu lebih butuh itu
daripada aku, *sambil tersenyum boleh aku duduk disini”, *menunjuk kea rah samping
tempat duduk Fina.
“boleh kok silahkan,btw nama kamu siapa?aku Fina *sambil mengulurkan
tangannya.
“oh iya sampe lupa,aku Ray”, *menyambut uluran tangan Fina.
Fina : “kamu salah satu
pasien disini Ray?”.
Ray : “iya,ini seperti
rumah kedua bagiku,karena aku sering keluar masuk rumah sakit ini. Bahkan aku
lebih sering menghabiskan waktuku disini daripada dirumah. Kamu sendiri disini
ngapain?”.
Fina : “aku jenguk kakakku”.
*dengan wajah sedih sambil menunduk.
Ray : “memang kakakmu
sakit apa?”
Fina : “aku tak dapat
memberitahumu Ray,maaf ya?”
Ray : “ya udah nggk pa pa
kok Fin. Kamu mau jadi temanku Fin?”
Fina : “tentu,why not. Sekarang
kan kita berteman”.
Ray : “makasih ya
Fin,jujur aku nggak punya teman. Semua orang menjauhiku karena penyakitku ini. Dulu
aku punya banyak teman dan sahabat,tapi begitu mereka tahu keadaanku yang
sebenarnya perlahan – lahan mereka menjauhiku tanpa sebab Fin.”
Fina : “memangnya kamu
sakit apa Ray?sampai – sampai mereka semua menjauhimu?”
Ray : “kamu mau
janji?kalau kamu udah tau keadaanku yang sebenarnya kamu nggak akan jauhin aku
seperti teman – temanku?”
Fina : “iya Ray aku
janji,toh kita berteman kan sebaiknya nggak memilih – milih. Aku mau berteman
sama kamu bukan karena apapun kok, aku tulus.”
Ray : “makasih ya Fin, aku
percaya sama kamu kok. Sebenarnya aku sakit kanker otak Fin sejak beberapa
bulan yang lalu, tepatnya di hari ulang tahunku aku mengetahui penyakitku ini. Disaat
aku bersenang – senang merayakan hari ulang tahunku tiba – tiba aku pingsan dan
pas dibawa ke rumah sakit kata dokter aku divonis menderita penyakit kanker. Semenjak
saat itu aku drop aku nggak mau sekolah dan semua waktuku hanya kuhabiskan
untuk berobat dirumah sakit. Aku sebenernya cape Fin dengan semua rutinitas
yang aku jalanin. Tapi belum tentu aku bisa sembuh dari penyakit ini.”
Ray menceritakan detail tentang apa yang dia alami dan itu membuat dia
menitikkan air mata. Fina yang mendengarkannya pun ikut larut dalam suasana
hening siang itu.
Fina : “*mengusap air mata Ray dengan saputangan yang tadi ia gunakan aku rasa sekarang kamu yang lebih butuh ini *menyerahkan saputangan itu”.
Fina : “*mengusap air mata Ray dengan saputangan yang tadi ia gunakan aku rasa sekarang kamu yang lebih butuh ini *menyerahkan saputangan itu”.
Ray : *tersenyum kecil sambil
menerima saputangan itu “meskipun kita baru saja bertemu tapi aku nyaman di
dekatmu Fin, kamu tidak memperlakukanku seperti orang sakit, makasih kamu mau
jadi temanku Fin”.
Fina : “sama – sama Ray,
aku juga senang bisa mengenalmu. Sore ini kakakku bisa pulang, tapi aku akan
sering – sering kemari untuk menemuimu Ray. Biar kamu nggak kesepian lagi
*tersenyum”.
Ray : “makasih ya Fin,aku
juga harus kembali ke ruangan, aku duluan ya Fin, bye!”,
Fina : “bye!”.