Selasa, 23 Oktober 2012

2 hati 1 Cinta Part 3



“sayang mama pulang sebentar ya nanti gentian yang jagain kak Fifi”,kata mama pada Fina.
Fina        : “Iya ma,mama hati – hati ya”. *sambil mencium tangan mamanya.
Mama   : “jaga kakakmu ya Fin,sayang mama pulang dulu ya *sambil mencium Fifi yang sudah terlelap.
Fina        : “iya ma”.
Fina memperhatikan kakaknya yag sudah terlelap. “kak maafin Fina ya gara – gara Fina kakak jadi pingsan gini,Fina sayang sama kakak” *sambil mencium kening kakaknya.
2jam kemudian mama sudah sampai di Rumah Sakit untuk bergantian menjaga Fifi. Giliran Fina untuk pulang karena besok dia harus pergi ke sekolah.

*Pagi hari
Setibanya Fina di sekolah Rio langsung menghampirinya “Fin,gimana kabar kakakmu?”,Tanya Rio tanpa basa – basi lagi.
Fina        : “udah agak baikan kok kak mungkin nanti sore udah bisa pulang”. *sambil menunjukkan wajah sedih.
Rio          : “kamu bukannya senang kok mukanya malah sedih gitu sih Fin?kamu gk seneng klo kakakmu udah bisa pulang?”.
Fina        : “hah *dengan muka kaget siapa yang sedih sih kak?nggak kok ya aku seneng lah masa aku sedih sih,mungkin karena kurang tidur aja semalem kak”.
Rio          : “oh gitu,yaudah aku ke kelas dulu ya Fin,bye!”.
Akhirnya Rio berlalu dari hadapan Fina. Ada perasaan sedih di hati Fina karena  ternyata kak Rio nggak perhatian dengannya malah lebih perhatian sama kak Fifi. Mungkin karna kak Fifi yang lagi sakit atau memang kak Rio menyimpan perasaan pada kak Fifi. Pertanyaan – pertanyaan itu memenuhi pikiran Fina. Kemungkinan demi kemungkinan mulai merajai pikirannya.
Hingga tak ada 1 pelajaranpun yang masuk si kepalanya. Fina belum bisa merelakan orang yang dia cintai bersama kakaknya, namun kebahagiaan kakaknya juga penting untuknya. Fina mencoba untuk mengikhlaskannya toh cinta pertama tak selalu indah dan tak selalu kita miliki.
 Sepulang sekolah Rio menghampiri Fina,batin Fina “pasti kak Rio mau nanyain tentang kak Fifi lagi deh”.
Rio          : “Fin kamu mau ke rumah sakit kan?”.
Fina        : *bener kan dugaanku “iya kak emang kenapa?”.
Rio          : “aku juga mau jenguk Fifi,mau barengan gk Fin?”
Fina        : “kapan lagi bisa diboncengin kak Rio naik motornya kalo gk sekarang?”.(batin Fina)
                 “boleh kak”.
Rio          : “yuk!”. *sambil menarik tangan Fina.
Fina        : “ya ampun kak Rio pegang tanganku?ah itu kan karna aku adiknya kak Fifi,ya ampun Fina bangun dong mana mungkin kak Rio suka sama kamu?”(Fina hanya bisa berkata dalam hati).
Perasaannya benar – benar campur aduk,nggak tau harus mempunyai perasaan bagaimana. Hatinya bahagia namun dia nggak mau berharap lebih pada Rio.

*Di rumah sakit
Fifi masih terbaring di tempat tidur dan tidak menyadari bahwa ada orang masuk ke kamarnya dirawat.
Fina mendekat ke ranjang kakaknya. Lalu dia berbisik pada telinga kakaknya “kak bangun, ada kak Rio disini”,sontak Fifi bangun dari tidurnya.
Rio mulai mendekati Fifi yang masih terbaring. “gimana keadaan kamu Fi?apa udah baikan?”,Tanya  Rio pada Fifi.
Sedangkan Fina mundur beberapa langkah dan akhirnya memilih duduk di sofa yang berada diujung ruangan itu,dia ingin memeberikan kesempatan pada kakaknya untuk berbicara dengan Rio dan membiarkan Rio memberikan perhatiannya pada Kakaknya.
Meskipun hati Fina sangat sakit melihat kedua orang yang sangat dia sayangi itu bersama dan saling bercanda, namun dia bahagia karena jika bersama Rio kakaknya selalu bisa tersenyum.
Rio menyuapi Fifi makan sedangkan Fina berpamitan untuk keluar sebentar.
“kak,aku keluar sebentar ya nanti aku balik lagi”, tanpa menunggu jawaban dari Rio maupun Fifi,Fina langsung cepat – cepat keluar karna tak kuasa melihat keduanya.
Fina lari sekuat – kuatnya menuju taman belakang rumah sakit. Dia mulai menangis terisak karena merasakan hatinya yang sangat sakit yang belum pernah dia rasakan sebelumnya. Ini kali pertama dia mencintai seseorang namun ini juga pertama kalinya dia harus merasakan pahitnya cinta.
Tiba – tiba ada seseorang yang menyodorkan sapu tangan kearah Fina, sontak Fina kaget dibuatnya.
“cantik,kenapa kamu menangis?”,sapa lelaki itu pada Fina.
“nggak kenapa – kenapa kok *sambil mengusap air matanya dengan sapu tangan yang diberikan pria itu “btw,makasih ya sapu tangannya *sambil mengembalikan saputangan itu.
“nggak usah dikembaliin,buat kamu aja,aku rasa kamu lebih butuh itu daripada aku, *sambil tersenyum boleh aku duduk disini”, *menunjuk kea rah samping tempat duduk Fina.
“boleh kok silahkan,btw nama kamu siapa?aku Fina *sambil mengulurkan tangannya.
“oh iya sampe lupa,aku Ray”, *menyambut uluran tangan Fina.
Fina        : “kamu salah satu pasien disini Ray?”.
Ray         : “iya,ini seperti rumah kedua bagiku,karena aku sering keluar masuk rumah sakit ini. Bahkan aku lebih sering menghabiskan waktuku disini daripada dirumah. Kamu sendiri disini ngapain?”.
Fina        : “aku jenguk kakakku”. *dengan wajah sedih sambil menunduk.
Ray         : “memang kakakmu sakit apa?”
Fina        : “aku tak dapat memberitahumu Ray,maaf ya?”
Ray         : “ya udah nggk pa pa kok Fin. Kamu mau jadi temanku Fin?”
Fina        : “tentu,why not. Sekarang kan kita berteman”.
Ray         : “makasih ya Fin,jujur aku nggak punya teman. Semua orang menjauhiku karena penyakitku ini. Dulu aku punya banyak teman dan sahabat,tapi begitu mereka tahu keadaanku yang sebenarnya perlahan – lahan mereka menjauhiku tanpa sebab Fin.”
Fina        : “memangnya kamu sakit apa Ray?sampai – sampai mereka semua menjauhimu?”
Ray         : “kamu mau janji?kalau kamu udah tau keadaanku yang sebenarnya kamu nggak akan jauhin aku seperti teman – temanku?”
Fina        : “iya Ray aku janji,toh kita berteman kan sebaiknya nggak memilih – milih. Aku mau berteman sama kamu bukan karena apapun kok, aku tulus.”
Ray       : “makasih ya Fin, aku percaya sama kamu kok. Sebenarnya aku sakit kanker otak Fin sejak beberapa bulan yang lalu, tepatnya di hari ulang tahunku aku mengetahui penyakitku ini. Disaat aku bersenang – senang merayakan hari ulang tahunku tiba – tiba aku pingsan dan pas dibawa ke rumah sakit kata dokter aku divonis menderita penyakit kanker. Semenjak saat itu aku drop aku nggak mau sekolah dan semua waktuku hanya kuhabiskan untuk berobat dirumah sakit. Aku sebenernya cape Fin dengan semua rutinitas yang aku jalanin. Tapi belum tentu aku bisa sembuh dari penyakit ini.”
Ray menceritakan detail tentang apa yang dia alami dan itu membuat dia menitikkan air mata. Fina yang mendengarkannya pun ikut larut dalam suasana hening siang itu.
Fina        : “*mengusap air mata Ray dengan saputangan yang tadi ia gunakan aku rasa sekarang kamu yang lebih butuh ini *menyerahkan saputangan itu”.
Ray         : *tersenyum kecil sambil menerima saputangan itu “meskipun kita baru saja bertemu tapi aku nyaman di dekatmu Fin, kamu tidak memperlakukanku seperti orang sakit, makasih kamu mau jadi temanku Fin”.
Fina        : “sama – sama Ray, aku juga senang bisa mengenalmu. Sore ini kakakku bisa pulang, tapi aku akan sering – sering kemari untuk menemuimu Ray. Biar kamu nggak kesepian lagi *tersenyum”.
Ray         : “makasih ya Fin,aku juga harus kembali ke ruangan, aku duluan ya Fin, bye!”,
Fina        : “bye!”.